Lagu Butet diciptakan dimasa perjuangan kemerdekkaan RI di Tapanuli, persisnya di kab Tapteng, kec Sitahuis.
Lagu ini berstatus anonim atau tak jelas pencipta, namun diyakini pertama sekali sinyanyikan oleh seorang ibu pengungsi bermarga Tobing. 1]
Lagu sendu bertempo pelan itu pertama-kali berkumandang di sebuah gua pengungsian, dekat desa Naga Timbul, berjarak sekitar 4 km dari Sitahuis. Lagu itu dinyanyika ibu Boru Tobing untuk menina-bobokkan bayi-perempuannya. 2]
Lirik asli lagu itu adalah sbb :
Butet di Sitahuis do apangmu aleee
Butet….
(Da mancetak hepeng OERI alee
Butet..…) 2 x
Sementara lagu Butet yang sekarang
dimulai dengan
Butet, di pangungsian di amangmu
aleee Butet…
(Da margurilla da mardarurat aleee
Butet… ) 2x
Dari lirik asli lagu Butet bisa
disimpulkan bahwa suami si Ibu boru Tobing adalah bekerja di percetakan uang
republik.
Namun demikian, perubahan lirik lagu
Butet tidak mengganggu atau mengurangi jasanya merekam perjalanan sejarah
perjuangan kemerdekaan RI.
Hanya lokasi pengungsian dan
Sitahuislah yang terbuka untuk diperdebatkan. Pada lagu aslinya, ayah si Butet
diceritakan sedang di garis depan, bekerja di percetakan ORITA (Oeang Repoeblik
Indonesia TAvanoeli). Sementara pada lirik yang sekarang, ayah si Butet
diceritakan sedang di pengungsian, berarti di gua Naga Timbul. Nah, perbedaan
inilah yang perlu diluruskan. Apakah Sitahuis yang berjarak 4 km dari desa
Nagatimbul itu termasuk kedalam kawasan pengungsian, atau justru sebuah front
pertempuran ?3]
Sementara keadaan darurat pada tahun
1947 – 1949 itu digambarkan oleh kedua lirik awal lagu Butet ( baik yang asli
maupun yang modifikasi / penyempurnaan).
Lirik asli Butet bercerita tentang
kegiatan pencetakan ORITA :
Butet, di Sitahuis do apangmu
aleee..Butet
(Da mancetak hepeng ORITA aleee
Butet..…) 2 x
Terjemahan :
Butet, ayahmu kini di Sitahuis
Mencetak ORITA
Sementara lagu Butet yang sekarang
dimulai dengan
Butet, di pangungsian di amangmu
aleee Butet…
(Da margurilla da mardarurat aleee
Butet… ) 2x
Butet, ayahmu di pengungsian
Sedang bergerilya dan
‘berdarurat’
Istilah berdarurat terkesan unik,
namun menunjuk kepada situasi darurat (tak menentu), dimana alat tukar juga
bersifat transisi yi ORITA.
Yang jelas Sitahuis menjadi lokasi
percetakan uang-darurat bernama ORITA (Oeang Republik Ina Tapanuli) itu.4]
BUTET
1. Butet,…
Di pangungsian do apangmu ale, Butet
Da margurilla da mardarurat ale Butet (2x)
Reff: Idoge, doge, doge,… idogei… doge,… doge (2x)
2. Butet,…
Sotung ngolngolan rohamuna ale Butet
Paima tona manang surat ale Butet (2x)
Reff: Idoge, doge, doge,… idogei… doge,… doge (2x)
3. Butet,…
Tibu do mulak au Amangmu ale Butet
Musunta i ingkon saut do talu, ale Butet (2X)
Reff: Idoge, doge, doge,… idogei… doge,… doge (2x)
4. Butet, haru patibuma magodang ale Butet
Asa adong da Palang Mera ale Butet
Da Palang Mera ni Negara ale Butet
Reff: Idoge, doge, doge,… idogei… doge,… doge (2x)
BUTET (terjemahan bebas)
1. Butet,
Di pengungsian engkau lahir, wahai Butet
Di masa Agresi Kedua, wahai Butet
Didalam keadaan darurat wahaaai Butet
Reff: Aduhai, duhai, duhai, aaduhai, duhai, duhaaai...2x
2. Butet,
Tak usah risau menantiku, wahaaai Butet
Menunggu pesan atau surat, wahai Butet 2X
Reff: Aduhai, duhai, duhai, aaduhai, duhai, duhaaai...2x
3. Butet,
Kuusahakan cepat pulang, wahaaai Butet
Musuh kita pasti kan takluk wahaaai Butet 2x
Reff: Aduhai, duhai, duhai, aaduhai, duhai, duhaaai...2x
4. Butet,
Segralah tumbuh dan dewasa engkau Butet
Jadi anggota Palang Merah, wahaaai Butet
Palang Merah Negara kita, wahaaai Butet
Reff: Aduhai, duhai, duhai, aaduhai, duhai, duhaaai...2x
Lagu Butet yang sekarang sepertinya
jenis bersahut-sahutan, dimana bait pertama dinyanyikan oleh ibu si bayi,
sementara bait selanjutnya (2 dan 3) dinyanyikan oleh ayah si Butet. Kemudian
bait ke-4 kembali dinyanyikan oleh si Ibu.
Tetapi boleh saja lagu itu hanya disenandungkan Ibunya seorang, walau beberapa bagian seolah-olah berasal dari ayahnya Butet. Atau boleh saja pesan si ayah itu hanya harapan si Ibu belaka.
Tetapi boleh saja lagu itu hanya disenandungkan Ibunya seorang, walau beberapa bagian seolah-olah berasal dari ayahnya Butet. Atau boleh saja pesan si ayah itu hanya harapan si Ibu belaka.
Ibunya Butet berharap menerima pesan
atau surat dari suaminya namun tak kunjung datang. Maka si ibu sendiri yang
menenangkan hati sendiri dengan lirik lagu bait kedua dan ketiga.
Menghibur putrinya (Butet) dan diri
sendiri agar bersabar dalam menantikan pesan atau surat dan juga bersabar
menantikan kepulangan suaminya dari garis depan.
Sementara bait ke-4 adalah harapan Sang Ibu, agar Butet kelak setelah dewasa akan turut berjuang dengan menjadi Anggota Palang Merah untuk menolong dan merawat para pejuang yang terluka di pertempuran.
Bagian terakhir ini sebenarnya kurang
logis, kecuali perang kemerdekaan RI berkepanjangan seperti perang Israel
Palestina. Buktinya, tahun 1949 perang melawan Belanda berakhir sudah dan tak
dibutuhkan lagi tenaga Palang Merah Wanita.
Namun begitulah yang namanya lagu,
sama dengan puisi – tak harus selalu logis atau realistis.
Catatan :
1] Lagu Butet
merupakan salah satu Lagu Wajib Nasional, yang masuk dalam Kategori Lagu
Perjuangan.
2] Butet
adalah panggilan kepada bayi perempuan yang belum diberi nama
secara "resmi", sedangkan Ucok adalah panggilan kepada bayi
lelaki.
3] Di masa Agresi Belanda 1947-9, dusun Sitahuis dan sekitarnya menjadi
basisnya Maraden Panggabean yang dimasa Orba Suharto sempat menjabat Panglima
ABRI dan Menko Polkam.
4] ORITA
digunakan oleh para pejuang dan menyatakan bahwa uang gulden Belanda tidak
berlaku lagi. Tak jelas apakah seseorang yang memiliki gulden boleh
menukarkannya kepada para pejuang yang mencetak uang sendiri, atau tidak. Yang
jelas pencetakan uang itu diperintahkan oleh Residen Tavanoeli, Ferdinand
L.Tobing atas persetujuan pemerintah Pusat di Jawa atau di Bukit Tinggi
(ibukota RI darurat).
Tambahkan komentar...